Sabtu, 02 Oktober 2010

Rangkuman Novel

'Tembang Lara'
karya pipiet Senja

Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga yang semua anaknya menderita penyakit kelainan darah bawaan atau thallassemia. Orangtuanya sungguh sedih karena keempat putrinya menderita penyakit ini, malah ketiga putrinya itu sudah meninggal di usia yang sangat muda karena berjuang melawan penyakit seumur hidup ini. Penampilan yang khas dari seorang anak penderita thallassemia yaitu berperawakan kurus, kecil, mungil, perutnya buncit, wajahnya pucat dengan tulang pipi menonjol dan hidung kecil. Sementara putrinya yang keempat bernama Arestia bisa terus bertahan hidup meskipun harus rutin melakukan transfusi darah. Diceritakan juga perjuangan seorang anak bernama Binsar yang datang ke Jakarta bersama ibu dan adiknya , mereka orang batak yang hidupnya selalu berpindah-pindah karena ayahnya bernama Maraden yang semula menjadi pegawai negeri tiba-tiba berhenti dan mereka tidak pernah tahu pekerjaannya. Dua puluh tahun kemudian Arestia sudah tumbuh menjadi seorang gadis manis dan cantik dengan postur tubuh sedang 155 cm dengan berat badan yang sesuai. Perutnya yang dulu buncit kini tak begitu terlihat, apalagi karena dia rajin bersenam. Hidungnya yang dulu mungil sekarang tampak bangir dengan tulang-tulang pipi yang sesuai dan susunan gigi yang rapi. Sempurna bagi seorang Thallassemia. Ketika merayakan ulang tahun yang ke 25, ayah dan ibu Arestia mengajaknya makan malam. Dari situlah pertama kalinya Arestia bertemu Binsar, sopir taksi yang sudah dikirim ibunya untuk menjemput Arestia. Binsar merupakan sopir taksi yang selalu mengantar Arestia kemanapun pergi. Ternyata Arestia menaruh perasaan suka pada Binsar yang umurnya lebih tua 15 tahun darinya. Sampai suatu hari Binsar melamar Arestia dan orang tua Arestia pun menerimanya. Namun ada suatu hal yang disembunyikan oleh Binsar dibalik pernikahan itu. Pesta pernikahan itu digelar sangat meriah.Pesta pernikahan pun selesai, sekarang Arestia sudah menjadi ibu rumah tangga. Dari sinilah terbuka semua tujuan Binsar menikahi Arestia. Binsar yang dulunya sangat lembut kepada Arestia, sekarang menjadi sangat kasar. Ternyata Binsar menikahinya hanya untuk balas dendam. Balas dendam ayahnya yang dia kira dihilangkan oleh Mayor Bayu Pamungkas, paman Arestia, saudara ayahnya Arestia. Ayah dan ibu Arestia meninggal dalam kecelakaan karena mobil yang mereka kendarai bertabrakan dengan kereta api malam. Arestia sangat sedih dengan peristiwa tersebut. Belum 40 hari kepergian orang tuanya, Arestia dan Binsar kedatangan beberapa orang yang mengaku petugas dari Bank. Arestia hampir pingsan, mengetahui bahwa rumah yang ditempatinya itu sudah lama tergadai dan seluruh harta orang tuanya. Binsar sangat kesal mendengar hal itu karena sebelum surat-surat berharga itu diberikan pada Binsar, orang tua Arestia telah meninggal. Dari situpun Arestia tahu bahwa orang tuanya membelikan suami untuknya. Arestia terus menerus disiksa oleh Binsar baik fisik maupun batinnya. Bahkan Arestia dituduh membunuh ibu Binsar, mertuanya sendiri. Penderitaannya yang bertubi-tubi itu belum juga membuka hati Arestia untuk memahami makna hidupnya. Memahami apa rencana Allah dibalik penderitaan yang tiada hentinya itu, hingga akhirnya dia tinggal di sebuah pesantren untuk menenangkan diri, dan disana ia mulai mengerti arti kehidupan. Pada akhirnya diapun memakai jilbab. Dia hamil tanpa ada perhatian dari suaminya. Meskipun begitu, dia tetap sabar setelah berbagai kejadian yang menimpanya, mulai dari harus transfusi darah 2-3 bulan sekali karena penyakitnya. Suaminya yang kejam, dituduh membunuh mertuanya dan lain sebagainya, dia mendapat hikmah dari semua itu. Hingga pada akhirnya, suaminya sadar akan kesalahannya selama ini dan sangat menyesal dengan apa yang telah dia lakukan selama ini dengan Arestia. Dia pun menjadi tahu bahwa bukan Arestia yang membunuh ibunya, tapi Netty sepupu Arestia, yang menjadi selingkuhan Binsar. Bahkan dia berhutang budi pada ibu Arestia yang telah memberikan darah kepada adiknya Imelda saat sakit dahulu.Kemudian Arestia melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik tepat pada hari raya Idul Fitri. Suaminya, Binsar masuk penjara karena kasus kerusuhan. Saat ia di penjara, Arestia dan anaknya sering mengunjunginya. Meskipun Arestia telah mengizinkan Binsar menggendong anaknya, tapi Binsar tidak mau karena dia malu. Karena anaknya belum mempunyai nama, maka Arestia pun meminta Binsar memberinya nama, dan Binsar menamai anaknya itu Fitri boru sitepu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar